Salah satu aspek penting dalam pembangunan ekonomi yang berkelanjutan adalah kelestarian lingkungan dan sumber daya alam. NSLIC memasukkan prinsip-prinsip kelestarian lingkungan dan penyiapan/mitigasi risiko perubahan iklim sebagai pedoman kerja baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan melalui kegiatan bantuan teknis kepada pemerintah daerah. Diharapkan pengembangan perekonomian dapat selaras dengan perencanaan daerah dan dapat mengurangi risiko kerusakan lingkungan. Salah satu kegiatan berkaitan dengan tema tersebut adalah Pelatihan Kelestarian Lingkungan dan Kesiapan Risiko Perubahan Iklim pada 7 dan 10 Agustus 2017 di Kota Gorontalo dan Kota Kendari.
Mengutip Kepala Bappeda Provinsi Sulawesi Tenggara, “Sektor pertanian masih menjadi sektor unggulan karena mayoritas masyarakat adalah petani baik di bidang tanaman pangan, holtikultura, perkebunan dan peternakan. Namun tidak dapat dipungkiri pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Sulawesi Tenggara membawa dampak buruk terhadap lingkungan hidup”. Oleh karenanya isu kelestarian lingkungan dan kesiapan perubahan iklim penting diterapkan dalam pelaksanaan pengembangan ekonomi lokal di daerah. Pentingnya pelatihan ini juga diungkapkan oleh Titi R. Margono dari Dinas Sosial Provinsi Gorontalo. “Kemajuan kegiatan ekonomi di Gorontalo juga telah berdampak pada kerusakan lingkungan. Masyarakat mengeluhkan adanya pengolahan karet yang menimbulkan asap hitam, dan juga pabrik minyak kelapa yang memunculkan polusi udara. Diharapkan melalui pelatihan ini para pihak di Gorontalo dapat menemukan solusi dan mengintegrasikannya dalam perencanaan pengembangan ekonomi di Gorontalo”, ungkap Titi dalam sesi diskusi di Gorontalo.
Pelatihan ini diikuti oleh dinas-dinas pemerintahan daerah terkait pengembangan ekonomi lokal melibatkan stakeholder seperti Koperasi, IWAPI, media, dan organisasi masyarakat sipil lainnya. Tujuan utama pelatihan untuk berbagi informasi dan diskusi bersama akan pentingya isu keberlanjutan lingkungan hidup dan mitigasi risiko perubahan iklim bagi proyek-proyek pengembangan ekonomi di dua provinsi tersebut, Sulawesi Tenggara dan Gorontalo.
Peserta pelatihan aktif mengikuti kegiatan dan antusias dengan materi yang diberikan. Selanjutnya mereka mengekspresikannya melalui diskusi kelompok. Mereka mengidentifikasi isu lingkungan dan dampaknya pada lingkungan hidup untuk setiap aktivitas ekonomi yang mereka ketahui dan alami setiap hari. Mereka diajak untuk mengidentifikasi isu lingkungan pada aktivitas pemeliharaan sapi (baik pembibitan, pakan dan panen) yang rawan masalah limbah; pembukaan lahan mangrove yang berdampak intrusi air laut; pariwisata yang rawan kerusakan terumbu karang; dan lain sebagainya. Mereka memahami bahwa dampak lingkungan akan terjadi di setiap usaha ekonomi, semakin panjang rantai nilai dari sebuah produk, semakin besar dampak lingkungannya. Selanjutnya, hal yang perlu dilakukan adalah meminimalisir dampak lingkungannya.
Tidak hanya identifikasi isu dan dampak kegiatan ekonomi kepada lingkungan dan perubahan iklim mereka juga antusias membahas mengenai solusi dan rencana tindak lanjut yang akan dilakukan setelah pelatihan. Peserta di masing-masing provinsi juga bersepakat untuk membentuk Kelompok Kerja (Pokja) Lingkungan Hidup dan Mitigasi Perubahan Iklim. Pokja ini diharapkan akan menganalisis berbagai kebijakan pengembangan ekonomi dan dampaknya terhadap lingkungan hidup. Mereka akan menyusun panduan yang fokus pada mitigasi perubahan iklim dan pencegahan kerusakan. Panduan ini dapat digunakan sebagai pedoman perencanaan pembangunan ekonomi bagi pemerintah utamanya, pelaku usaha dan investor.
No Comment
You can post first response comment.