“Dulu mah saya malu jadi pengrajin bambu. Di kampung saya sangat sedikit orang yang bisa menganyam bambu karena menganyam bambu bukanlah pilihan bagi banyak orang di sini. Mereka yang menganyam bambu itu tuh biasanya dianggap seperti kakek-kakek yang hidupnya kere.”
Begitulah perasaan Pak Suhanda ketika berbicara mengenai bambu. Padahal, menganyam bambu sudah menjadi hobinya sejak kecil. Ia sempat meninggalkan bambu untuk mengabdi sebagai guru dan Sekretaris Desa.
Pak Anda, begitulah orang menyapanya, sudah menganyam bambu sejak duduk di bangku sekolah dasar. Orangtuanya yang kesulitan ekonomi sejak ia masih kecil mengajarkannya cara membuat peralatan dapur sederhana dari bambu agar bisa menghemat pengeluaran rumah tangga. Siapa sangka menganyam bambu justru menjadi hobi dan pekerjaan sampingan bagi seorang guru agama sekolah dasar ini hingga sekarang. Ia sering menerima pesanan dari tetangga dan saudara untuk membuat ayakan, kipas, krey, dan sebagainya.
“Menganyam bambu itu sangat menyenangkan bagi saya karena kegiatan ini bisa saya lakukan kapan saja dan di mana saja. Yang penting ada kemauan. Kalau melihat bambu di mana saja pasti saya lirik bahkan terkadang saya ambil hehehe.”
Selain mengajar agama, beliau juga selalu bersemangat ketika mewariskan ilmu menganyamnya pada anak muridnya di sekolah dasar. Tak heran kalau murid-muridnya selalu mendapat juara pertama lomba menganyam bambu tingkat kecamatan. Harapan Pak Anda tidak hanya sampai di situ saja. Ia mengaku bahwa ia sangat ingin membuat anak muridnya mendapatkan juara di tingkat kabupaten bahkan tingkat nasional. Namun ia hampir putus asa karena murid-muridnya selalu gagal di tingkat kabupaten, dan ia tidak tahu apa yang harus ditingkatkan lagi.
Hingga di awal bulan Februari 2021, Pak Anda menjadi salah satu penerima manfaat program Dana Inovasi Responsif atau yang biasa disebut RIF (Responsive Innovation Fund) tahap tiga karena keterampilan menganyamnya sudah dikenal baik oleh Bumdes Bersama dan Kelompok Sadar Wisata.
Ia dan beberapa laki-laki maupun perempuan pengrajin bambu di Kecamatan Jiput, Kabupaten Pandeglang, mendapatkan pelatihan menganyam yang intensif dari RIF. Pelatihan tersebut berfokus pada teknik, perlakuan bahan baku, dan desain yang dapat dikembangkan sesuai dengan kreativitas masing-masing. Bahkan, Pak Anda mendapatkan kesempatan untuk belajar menganyam di pusat kerajinan bambu Tasikmalaya selama dua minggu. Di sana, Pak Anda mendapatkan banyak wawasan baru tentang motif anyaman dadu atau tiga dimensi, pengelolaan produksi, hingga strategi penjualan .
Setelah mendapat pelatihan dari RIF, Pak Anda menjadi pribadi yang baru. Ia terlihat penuh motivasi dan semangat, dan dipenuhi dengan ide-ide baru yang tak sabar untuk segera dilakukan. Bersama dengan Bumdesma Mina Agro Wisata, ia terus mengembangkan usaha anyaman bambu, baik dalam memenuhi bahan baku, pengembangan SDM, dan sebagai mitra penjualan. Bumdesma menjual produk-produk anyaman bambu melalui off-taker dan dipasarkan secara daring dengan merek Kriya Minagro Krakatau misalnya di laman web https://www.tokopedia.com/labuanjiput.
“Saya sangat bersyukur karena pasca pelatihan saya mendapatkan pesanan 100 buah tas belanja untuk dikirim ke Bali. Proses produksi dan pengirimannya dilakukan secara bertahap karena keterbatasan tenaga penganyam. Alhamdulillah saya juga kebanjiran pesanan untuk produk lain khususnya produk rumah tangga.”
Pak Anda kini sangat bangga dengan hobi menganyam bambu ini. Baginya, ada suatu kebanggaan tersendiri ketika keterampilan ini hanya dimiliki oleh segelintir orang. Ia berharap agar banyak orang di sekitarnya semakin tertarik untuk menganyam bambu sehingga dapat membuka lapangan pekerjaan dan meningkatkan taraf ekonomi masyarakat.
“Sekarang saya selalu bawa iratan bambu kemana-mana. Setiap ada waktu senggang, saya langsung menganyam. Ketika orang-orang melihat dan bertanya pada saya, biasanya sebagian dari mereka jadi tertarik untuk belajar atau membeli produknya,” senyum Pak Anda.
###
No Comment
You can post first response comment.