Please open Admin -> Appearance -> Menus Setting

BULELENG, 27 Oktober 2021 – Setelah satu tahun terlaksananya program Responsive Innovation Fund (RIF) tahap ketiga, akhirnya program inovasi pengembangan kawasan perdesaan ini secara resmi telah berakhir. Acara penutupan kali ini diadakan secara langsung di Buleleng bersamaan dengan pelaksanaan monitoring dan evaluasi keenam kawasan terpilih. Perwakilan dari Pemerintah Kanada, Bupati dari Bengkayang, Klungkung, dan Mamuju serta perwakilan dari kementerian-kementerian terkait hadir pada acara penutupan ini. Program RIF tahap ketiga telah mendukung sebanyak 1.077 individu yang tergabung dalam kelompok usaha di enam kawasan perdesaan.

Acara yang berlangsung selama dua hari ini diawali dengan kunjungan ke beberapa lokasi di kawasan Bali Aga, seperti Rumah Pajang di Desa Cempaga, sentra kerajinan gula aren dan gula semut di Desa Pedawa, dan rumah tradisional Bandung Rangki. Para undangan disambut dengan tarian Bali dan permainan tradisional gangsing oleh para anak-anak dan pemudi setempat. Selain itu juga terdapat pameran hasil kerajinan di Desa Pedawa, di mana produk-produk dari tempat-tempat yang sebelumnya dikunjungi dipamerkan di sana. Kunjungan tersebut ditutup dengan menonton sebuah video yang menampilkan pencapaian Buleleng dalam setahun bersama dengan RIF, dan dilanjutkan dengan diskusi seluruh pemangku kepentingan mengenai pengembangan serta replikasi program di desa-desa lain di Buleleng.

Pada hari kedua yang merupakan acara penutupan program RIF Tahap III, acara dibuka dengan sambutan dari Direktur Proyek NSLIC/NSELRED, Cavelle Dove. Dalam sambutannya, Ibu Cavelle mengucapkan terima kasih atas dukungan serta dampingan semua pihak, sehingga program RIF di setiap kawasan dapat berhasil dilaksanakan. Dirinya berharap komitmen para pemangku kepentingan terhadap program ini tetap berlanjut sekalipun program RIF telah resmi berakhir. Lebih lanjut, Ibu Cavelle mendorong keenam kawasan untuk dapat menyesuaikan dengan kondisi pandemi saat ini yang sangat mengandalkan peran teknologi digital. 

Program inovasi yang terpilih dalam RIF tahap III adalah: 1) Pengembangan Pariwisata Terpadu “Nganyau Mendanau di Selat Nasik” Kabupaten Belitung; 2) Pengembangan Budidaya Jagung dan Produk Turunannya di Kawasan Agroindustri Ledo Kabupaten Bengkayang; 3) Pengembangan Ekowisata Terpadu Bali Aga Kabupaten Buleleng; 4) Pengembangan Pemuliaan Sapi Terpadu dan Berkelanjutan di Wilayah Manakarra Berdaya Kabupaten Mamuju; 5) Pengembangan Wisata Agromarine di Labuan Jiput Kabupaten Pandeglang; dan 6) Pengembangan Produk Turunan Pertanian dalam Mendukung Program Pariwisata Rumah Keong di Nusa Penida Kabupaten Klungkung.

Bupati Mamuju Sitti Sutinah Suhardi dalam paparannya menyatakan bahwa bobot dan jumlah sapi yang dikelola oleh empat kelompok peternak meningkat dari 40 ekor per tahun menjadi  160 ekor per tahun dengan berat 10 hingga 15 kg/ekor/tiga bulan. Program RIF juga telah membantu para peternak di kawasan Manakarra Berdaya dalam memberikan standarisasi harga berdasarkan bobot.

Bupati Bengkayang Sebastianus Darwis juga menyampaikan berbagai capaian yang dihasilkan kawasan Ledo selama mendapatkan pendampingan dari program RIF. Ia menyampaikan bahwa kini jagung di kawasan Ledo telah memiliki nilai tambah yang tinggi karena dapat diolah menjadi berbagai produk turunan seperti fruit leather, permen jagung, dodol jagung, dan lainnya. Program RIF juga telah mengajarkan para petani untuk dapat mengolah limbah jagung menjadi pakan ternak alternatif, bahkan limbah tersebut dapat dibuat menjadi kerajinan.

Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta yang juga hadir dalam acara ini mengatakan pihaknya sangat mendukung upaya-upaya yang telah dilakukan program RIF di Nusa Penida. Bupati Suwira mengatakan bahwa inovasi Rumah Keong (rumput laut, manga/poh, kelapa, dan singkong) telah menghasilkan produk turunan melalui peningkatan kapasitas bagi kelompok wanita tani serta ibu-ibu PKK.

Kabupaten Belitung yang diwakili oleh Hennyka sebagai perwakilan Bappeda menyampaikan bahwa program RIF di Selat Nasik berfokus pada tiga sektor yaitu sektor perikanan, pertanian, dan pariwisata. Produk-produk yang telah dihasilkan antara lain tepung ikan, menggale chips, kerupuk tinta cumi, lada putih bubuk, abon ikan, abon cumi, dan lainnya.

Kabupaten Pandeglang juga diwakili oleh Azis sebagai perwakilan Bappeda. Empat fokus kegiatan RIF di Pandeglang yaitu pengolahan produk melinjo, pengolahan produk turunan ikan, produk anyaman bamboo dan peningkatan kapasitas BUMDesma. Peningkatan terjadi pada sisi produksi, tenaga kerja, serta variasi produk.

Asisten 3 Setda Nyoman Genep yang hadir mewakili Bupati Buleleng menyampaikan hasil-hasil pendampingan RIF yang sangat dirasakan oleh masyarakat Bali Aga. Beberapa pencapaiannya yaitu produksi gula aren meningkat hingga 2.250 kg/bulan/kelompok, pengrajin bambu menciptakan empat model baru anyaman, barista mampu membuat espresso dan latte.

Acara yang digelar di Ballroom Hotel Sunari Lovina, Buleleng, ini juga menampilkan mini expo dari masing-masing produk-produk inovasi setiap kawasan. 

Silahkan klik di sini untuk mengunduh presentasi keenam kawasan RIF tahap ketiga. 

###

 

No Comment

You can post first response comment.

Leave A Comment

Please enter your name. Please enter an valid email address. Please enter a message.